Ø Kasus
yang Berkaitan dengan Penderitaan
Contoh gamblang
penderitaan manusia yang dapat diambil hikmahnya diantaranya tokoh filsafat
ekistensialisme Kierkegaard (1813-1855) seorang filsafat asal Denmark yang
sebelum menjadi filsafat besar, sejak masa kecil banyak mengalami penderitaan.
Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah
mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan
ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya,
selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang
mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai
kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard
muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri
(kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita
yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya,
bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan
dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
Penderitaan Nietzsche
(1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit,
lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia
suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi
filsuf besar.
Lain lagi dengan
filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf,
ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya
yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan
filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya
lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya.
Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang
besar.
Masih banyak contoh
lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif
dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan
manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah
penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi
Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya.
Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan
penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia
menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart
dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).
Dalam riwat hidup
Bhuda Gautama yang dipahatkan dalam bentuk relief Candi Borobudur, terlihat
adanya penderitbn. Tergambar seorang pangeran (Sidharta) yang meninggalkan
istana yang bergelimangan hata, memilih ke hutan untuk menjadi biksu dan makan
dengan cara megembara di hutan yang penuh penderitaan.
Riwayat tokoh tokoh
besar di Indonesia pun dengan penderitaan. Buya Hamka mengalami penderitaany
hebat pada masa kecil, hingga ia hanya mengecap sekolah kelas II. Namun ia
mampu menjadi orang besar pada zamanya, berkat perjuangan hidup melawan
penderitaan. Contoh lain adalah Bung Hata yang beberapa kali mengalami
pembuangan namun pada akhirnya ia dapat menjadi pemimpin bangsanya.
Ketika membaca kisah
tokoh-tokoh besar tersebut, kita dihadapkan pada jiwa besar, berani karena
benar, rasa tangung-jawab, dan sebagainya. Dan tidak ditemui jiwa munafik
plin-plan, dengki, iri dan sebagainya.
Ø Akibat
dari kegelisahan
Akibat dari
kegelisahan itu sendiri orang bisa merasakan takut yang teramat takut sehingga
orang tersebut susah untuk mengendalikan emosinya dan lebih parahnya lagi orang
tersebut bisa saja gila karena mengalami stress berat akibat kegelisahan yang
dia alami. Atau bisa jadi orang tersebut mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri
karena dia selalu merasa gelisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar